Bismillah..
"Liat tuh pakde datang. Salim sana biar dapat uang"
"Ayo kita ke rumah teman ayah. Dia orang kaya, kalo kesana pasti dikasih"
"Mana nih tante buat ponakannya masa belum dikasih. Tante kan kerja thr nya banyak"
Dan ucapan2 sejenis yang kadang masih terucap dari lisan orang tua yg kurang kajian.
Sungguh
malang nasibmu, nak. Jika yang orang tuamu ajarkan adalah mental orang2
lemah. Mental peminta-minta yang justru sebenarnya dalam islam sangat
dilarang.
Rasullah shallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidak fakir, maka seakan-akan ia memakan bara api" (HR Ahmad 4/165)
Dalam islam kita diajarkan, sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat pada yang lainnya.
Jika
kita belum mampu menebar manfaat (berbagi) maka islam juga mengajarkan
kita agar memiliki rasa iffah. Yaitu rasa malu dalam takwa. Termasuk
malu dalam meminta.
Juga rasa izzah, harga diri yang tinggi sebagai seorang muslim yang membuatnya tak mau merendahkan diri hanya demi rupiah.
Boleh Menerima Tapi Jangan Meminta
Allah
Ta’ala memuji orang yang bersabar atas kemiskinannya, tidak
meminta-minta, walau dia boleh meminta apabila terpaksa. Hal ini tidak
berarti larangan menerima pemberian orang yang kasihan padanya. Bukankah
Allah menyuruh orang kaya agar menyisihkan hartanya untuk orang yang
meminta-minta dan orang yang tidak meminta?
وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Dan
orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang
(miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak
mau meminta-minta).” (QS. Al-Ma’arij: 24-25)
Dari Qabishah bin Mukhariq Al-Hilali radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا
قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ :
رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى
يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ
مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ
عَيْشٍ –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ
حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ
أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى
يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- فَمَا
سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا
صَاحِبُهَا سُحْتًا.
“Wahai
Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi
salah satu dari tiga orang: (1) seseorang yang menanggung hutang orang
lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti,
(2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh
meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan (3) seseorang
yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal
dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia
boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta
selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang
yang memakannya adalah memakan yang haram.” (Shahih: HR. Muslim, Abu
Dawud, Ahmad, an-Nasa-i, dan selainnya).
Hadits ini menunjukkan bahwa meminta-minta adalah haram, tidak dihalalkan, kecuali untuk tiga orang:
(1)
Seseorang yang menanggung hutang dari orang lain, baik disebabkan
menanggung diyat orang maupun untuk mendamaikan antara dua kelompok yang
saling memerangi. Maka ia boleh meminta-minta meskipun ia orang kaya.
(2)
Seseorang yang hartanya tertimpa musibah, atau tertimpa peceklik dan
gagal panen secara total, maka ia boleh meminta-minta sampai ia
mendapatkan sandaran hidup.
(3)
Seseorang yang menyatakan bahwa dirinya ditimpa kemelaratan, maka
apabila ada tiga orang yang berakal dari kaumnya memberi kesaksian atas
hal itu, maka ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran
hidup.
So, pilihan bagi muslim yang baik adalah berbagi atau tetap menjaga diri dari meminta.
Tinggikan
derajatmu dengan tidak! mengajarkan si kecil meminta pada nenek,
kakek, om, tante, paman, uwa, dll, dsb, dst di hari nan suci.
Wallahu a'lam
#Editing Ummu Al fakir Diambil dari berbagai sumber Hamba.
Labels:
Kutipan Hadis
Thanks for reading Jangan Ajari anakmu menjadi pengemis di hari Ied Fitri. Please share...!
0 Comment for "Jangan Ajari anakmu menjadi pengemis di hari Ied Fitri"