Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّكُمْ
سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الْفَاطِمَةُ
“Sesungguhnya
kalian akan berambisi mengejar kekuasaan, padahal ia akan menjadi
penyesalan di hari kiamat, ia hanya kesenangan di dunia dan penderitaan
di akhirat.” [HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah menyebutkan hadits yang mulia ini dalam bab,
مَا يُكْرَهُ مِنَ الْحِرْصِ عَلَى الإِمَارَةِ
“Dibencinya Ambisi terhadap Kekuasaan.” [Shahih Al-Bukhari]
هذا
أصل عظيم في اجتناب الولاية ولا سيما لمن كان فيه ضعف وهو في حق من دخل
فيها بغير أهلية ولم يعدل فإنه يندم على ما فرط منه إذا جوزي بالخزي يوم
القيامة واما من كان أهلا وعدل فيها فأجره عظيم كما تظاهرت به الأخبار ولكن
في الدخول فيها خطر عظيم ولذلك امتنع الأكابر منها والله أعلم
“Ini
adalah pondasi yang agung dalam menjauhi kepemimpinan, terutama orang
yang memiliki kelemahan, yaitu orang yang berkecimpung di dalamnya tanpa
memiliki keahlian dan tidak berlaku adil, sesungguhnya ia akan menyesal
atas apa yang telah ia sia-siakan tatkala ia telah dibalas dengan
kehinaan di hari kiamat. Adapun orang yang ahli dan adil dalam
kepemimpinan maka pahalanya besar sebagaimana dijelaskan dalam banyak
dalil. Akan tetapi, turut serta di dalam kekuasaan sangat berbahaya,
oleh karena itu ulama-ulama besar berpaling darinya, wallaahu a’lam.”
[Fathul Bari, 13/126, Subulus Salaam, 4/117]
Al-Amir Ash-Shon’ani rahimahullah berkata,
فامتنع
الشافعي لما استدعاه المأمون لقضاء الشرق والغرب وامتنع منه أبو حنيفة لما
استدعاه المنصور فحبسه وضربه والذين امتنعوا من الأكابر جماعة كثيرون
“Imam
Syafi’i menolak menjadi pejabat untuk pengadilan wilayah Timur dan
Barat ketika Khalifah Al-Makmun memintanya, dan Imam Abu Hanifah juga
menolak ketika diminta oleh Khalifah Al-Manshur, sehingga Al-Manshur
memenjarakan dan memukul beliau. Dan masih banyak ulama-ulama besar yang
menolak jabatan.” [Subulus Salaam, 4/117]
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengutip dari para ulama,
نعم
المرضعة لما فيها من حصول الجاه والمال ونفاذ الكلمة وتحصيل اللذات الحسية
والوهمية حال حصولها وبئست الفاطمة عند الانفصال عنها بموت أو غيره وما
يترتب عليها من التبعات في الآخرة
“Kekuasaan
itu adalah kesenangan di dunia karena di dalamnya diraih kedudukan,
harta, terlaksananya keputusan dan menghasilkan segala kesenangan yang
kasat mata maupun kesenangan batin. Namun ia adalah penderitaan di
akhirat ketika telah berpisah darinya karena kematian dan
pertanggungjawaban semua yang terkait dengannya di akhirat.” [Fathul
Bari, 13/127]
■ *PERINGATAN KERAS UNTUK PEMIMPIN YANG CURANG DAN ZALIM*
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَا
مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ
وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Tidaklah
mati pada hari matinya seorang hamba yang Allah berikan kekuasaan
kepadanya untuk mengurus rakyat sedang ia dalam keadaan berbuat curang
kepada rakyatnya, kecuali Allah haramkan surga atasnya.” [HR. Muslim
dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu’anhu]
Kecurangan
dalam hadits ini –sebagaimana yang dijelaskan para ulama- mencakup
kecurangan dalam mengurus masalah-masalah dunia kaum muslimin, maupun
kelemahan dalam mendidik dan menjaga agama mereka, seperti tidak
mengajarkan aqidah yang benar dan ibadah yang sesuai petunjuk Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam, tidak pula melindungi mereka dari
ajaran-ajaran yang menyimpang dan sesat.
■ *JABATAN ADALAH CELAAN, PENYESALAN DAN AZAB DI HARI KIAMAT*
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنْ
شِئْتُمْ أَنْبَأْتُكُمْ عَنِ الإِمَارَةِ وَمَا هِيَ؟ أَوَّلُهَا
مَلامَةٌ، وَثَانِيهَا نَدَامَةٌ، وثَالِثُهَا عَذَابٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
إِلا مَنْ عَدَلَ وَكَيْفَ يَعْدِلُ مَعَ أَقْرِبِيهِ؟
“Kalau
kalian mau niscaya akan kukabarkan tentang kekuasaan, apakah itu?
Kekuasaan itu awalnya adalah celaan, keduanya adalah penyesalan dan
ketiganya adalah azab di hari kiamat, kecuali orang yang adil, dan
betapa sulitnya ia berlaku adil tatkala berkaitan dengan orang
terdekatnya.” [HR. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dari ‘Auf bin Malik
radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 1562]
■ *PEMIMPIN HARUS KUAT DAN AMANAH*
Sahabat yang mulia Abu Dzar radhiyallahu’anhu berkata,
قُلْتُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِى قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى
مَنْكِبِى ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا
أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ
أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
“Aku
pernah berkata: Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengangkatku menjadi
pejabat? Beliau menepuk bahuku dengan tangannya kemudian bersabda: Wahai
Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, dan jabatan adalah amanah, dan
sungguh ia adalah kehinaan dan penyesalan di hari kiamat, kecuali orang
yang mendapatkannya dengan cara yang benar dan menunaikan kewajibannya
di dalamnya.” [HR. Muslim]
■ *PEMIMPIN HARUS MENDALAMI ILMU AGAMA*
Sahabat yang Mulia Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu berkata,
تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا
“Perdalamlah ilmu agama sebelum kalian diangkat menjadi pemimpin.” [Shahih Al-Bukhari]
Semoga
Allah memberikan pertolongan kepada para pemimpin kaum muslimin di
seluruh negeri, untuk dapat mengurus kaum muslimin sesuai dengan
syari’at Allah ta’ala agar meraih kebaikan di dunia dan akhirat, bukan
celaan, kehinaan dan azab di hari kiamat.
*Sumber:*
🏾 SUBSCRIBE YOUTUBE
🏾 FOLLOW INSTAGRAM
🏾 JOIN TELEGRAM
http://t.me/sofyanruray || http://t.me/taawundakwah || https://t.me/kajian_assunnah || https://t.me/kitab_tauhid
🏾 LIKE FACEBOOK
🏾 IKUTI TWITTER
🏾 KLIK WEBSITE
🏾 INSTAL ANDROID
🏾 GABUNG GROUP WA
08111377787
Labels:
Kutipan Hadis,
Motivasi
Thanks for reading Bahaya Ambisi terhadap jabatan dan kekuasaan. Please share...!
0 Comment for "Bahaya Ambisi terhadap jabatan dan kekuasaan"